Rabu, 22 April 2009

TIPS UJIAN

SIAP MENTAL SIAP TEMPUR

Tiap tahun anak sekolah terutama yang kelas tiga pastinya ketar-ketir mikirin nasibnya, duu.. lulus gak ya?? Apalagi Pemerintah udah netepin 6 pelajaran yang bakal di UAN-in. Eits..ini bukan nakut-nakutan loh, tapi beneran. Kamu mesti belajar ekstra keras kalo pengen lulus. Gak heran kan, kamu belain pulang sorean coz ikut bimbel dulu atau belajar kelompok bareng temen. Usaha kamu emang patut diacungin dua jempol, deh ...
Tapi gak Cuma modal belajar, belajar dan belajar aja buat ‘bertarung’ sama ujian. Misalnya nih kamu udah jauh-jauh hari nyingkatin catetan, ngulang materi tiap malem, ikut bimbel seminggu 3 kali, de el el..tapi pas hari H gara-gara gerogi ‘n pusing kebanyakan ngapal materi dari kelas 1 sampe klas 3 eh malah buyar dah semuanya. Nah bisa gawat kalo ujiannya ilmu pati kayak MTK, Fisika atau Kimia. Lupa rumus-rumusnya. Wadooh.. bisa kayak kebakaran jenggot, panik! Nah biar lebih afdol kali ini dibahas dari sisi mental biar kamu siap ‘tempur’ ngadepin ujian. Iya dong..kan mesti siap lahir batin..
1. JANGAN JADIIN BEBAN
Secara kamu dituntut dapet nilai minimal sesuai standar kelulusan emang bikin stres. Emang sih pasti ada aja pelajaran yang kamu gak suka. Misalnya kamu jago Matematika eh lemah Bahasa Inggris. Wajar aja kok..gak usah ngedrop. Caranya, kamu bisa minta ajarin sama temen kamu yang pinter Bahasa Inggris tapi kurang jago Matematika. Bisa tukeran deh! Biar gak kerasa beban, inget dong cita-cita kamu buat masuk sekolah atau universitas favorit kalo Cuma ujian mah kecil...




2. MINTA DO’A RESTU
Meski materi pelajaran udah banget-banget dikuasain tapi jangan sampe ninggalin ritual yang satu ini ya..Ada semboyan ‘Ora Et Labora’ yang artinya kalo pingin ngeraih sesuatu gak Cuma usaha doang tapi mesti diiringin sama berdo’a (menurut agama masing-masing) kita mohon supaya bisa ngerjain soal-soal ujian dengan mudah dan lancar. Jelang hari H, kamu yang muslim, bisa sholat tahajud di malam hari atau puasa sunah. Nah..buat yang non-muslim, lebih rajin deh ke gerejanya tiap minggu. Eits..gak cukup Cuma berdo’a, sekalian juga minta restu sama orang sekitar kamu kayak kakak, adik, sodara, tetangga dan paling utama ya. Ortu (do’a ortu mujarab lho!) Dukungan moril dari mereka ngebantu banget biar kita (lebih) siap ujian.

3. SARAPAN DULU YUK...
Ngisi perut di pagi hari alias sarapan ini emang sering dianggap sepele. Jangankan mau ujian, hari-hari biasa aja, males ah! Weits..sarapan itu penting gals..penting buat vitamin otak kamu. Apalagi kamu butuh energi ekstra buat mikir. Nah sebelum berangkat sekolah, sempetin 5-10 menit buat sarapan. Yaa... minimal setangkup roti dan segelas susu. Kalo perlu tambah asupan vitamin sebagai supplement. Gak pengen dong, pas tengah-tengah ujian mendadak gak konsen gara-gara perut keroncongan. Boro-boro ngerjain soal, yang ada kepikiran kabur ke kantin. Hayo ngaku? Jadinya kamu buru-buru ngerjain soal dan nggak sempet neliti lagi.

4. CEK ‘N RICEK
Materi pelajaran mantap, segala jenis rumus hapal, do’a restu dapet, trus perut kenyang, Emm..apalagi yaa?? Eits..pastiin tuh alat-alat ‘perang’ kamu udah masuk ke dalam tas kayak papan alas, pensil 2B khusus komputer (sedia lebih buat cadangan), hapusan, pulpen, rautan, penggaris eh jangan lupa kartu ujian! Mungkin kamu mikir ngapain repot-repot bawa, pinjem aja sama temen sebelah. Emang bisa sih, tapi pinjem barang temen itu bikin suasana ujian gaduh. Bisa-bisa kamu ditegor pengawas karena disangka gak siap ujian. Wuiiih..malu dong sama temen-temen.

5. DATANG LEBIH AWAL
Pas kamu udah tau jadwal ujian jauh-jauh hari kan? Dari pelajarannya apa, ruangannya di mana, sampe mulai ujiannya jam berapa. Dengan begitu kamu bisa mastiin jam berapa berangkat dari rumah biar gak telat. Kalo pas dateng eh pake nyari-nyari dulu ruangan kamu dimana bikin lama kan? Apalagi kalo pengawas ujiannya udah bagi-bagiin soal eh kamu dateng dengan muka pucat, kecapean gara-gara lari. Wah2 bisa berabe! Mending kamud ateng 15-30 menit buat nunggu daripada panik gak karuan karena telat. Waktu nunggu itu bisa kamu pake buat diskusi sama temen soal pelajaran yang belom paham. Jangan baca lagi materi yang udah dihapalin di rumah, kenapa? Coz otak kamu yang udah keisi penuh, bisa luber kalo ditambah lagi, yang ada malah pusing. Cukup ulang rumus-rumus, poin-poin penting dari buku catatan selebihnya kamu dengerin musik aja. Yup, musik bikin kita lebih rileks apalagi kalo itu lagu kesukaan kamu. Lepasin sejenak nervous yang kamu rasain. Ibarat komputer, refresh dulu ah...
Emang sih ujian akhir itu patokan kualitas kamu sebagai siswa tapi bukan akhir dari segalanya kok. Buat dapet hasil akhir memuaskan gak mesti panik kan? Asal kamu tahu trik-triknya, semua jadi enteng. Nah, semua tadi hanya tip tambahan, sedangkan yang terpenting adalah belajar, sekali lagi semaksimal mungkin.
Buat kakak-kakak kelas XII, selamat berjuang deh, semoga berhasil lulus 100% seperti biasanya. Amin.......Amin.......Ya Robbal Alamiin..........
BY: ozak_muslim@telkom.net www.friendster.com/ozakaljabbar

ARTIKEL

DI SIMPANG JALAN MEMILIH JURUSAN

Sebelum maju menghadapi tes masuk yang sebenarnya, lulusan SMA sesungguhnya sudah menghadapi ujian yaitu memilih jurusan dan jenis sekolah. Faktor apa pula yang perlu diamati dengan cermat agar tak muncul sesal di kemudian hari? Jangan sampai terjadi waktu, tenaga, dan uang terbuang percuma, sementara kepuasan belajar tak terjangkau.

Tidak mudah memang memilih sekolah selepas SMA. Malah banyak pula lulusan SMA tidak tahu ingin kemana. Ini khas remaja Indonesia karena tidak mengambil keputusan sendiri. Mereka terbiasa hanya menurut apa kata orang tua atau pengaruh lingkungan. Informasi yang sering kali kurang lengkap membuat dia pun makin bingung. Tanpa menelaah kemampuannya, ia bisa terombang-ambing, bahkan salah masuk jurusan. Setelah di dalam, barulah ia sadar kalau tidak suka belajar di jurusan itu. Akibatnya, prestasi pun mengecewakan.

Bandingkan dengan nilai rata-rata kelas.
Faktor pertama yang perlu dipertimbangkan adalah masalah kemampuan intelektual.
Mengetahui kemampuan intelektual sangat penting, karena di perguruan tinggi ada kemampuan dasar tertentu yang harus dikuasai sesuai dengan jurusan yang diambil. Ada yang membutuhkan penalaran cukup kompleks, seperti di jurusan MIPA, ada yang menuntut kemampuan berpikir abstrak yang baik, seperti di jurusan kedokteran.
Kemampuan intelektual biasanya dapat dilihat pada prestasi belajar. Pada anak-anak, prestasi belajar adalah cerminan motivasinya. Siswa SMA yang mata pelajaran biologinya bagus biasanya suka biologi, rajin belajar, dengan proses belajar yang cukup bagus. Jadi sekali lagi yang terpenting adalah pentingnya acuan prestasi belajar di sekolah sebagai dasar pendukung untuk memasuki suatu jurusan.
Namun, menentukan prestasi belajar tidaklah mudah. Prestasi juga terkait dengan ketekunan. Ada anak dengan kemampuan intelektual biasa, tapi karena rajin dan bertanggung jawab terhadap tugasnya bisa berprestasi menonjol.
Yang memiliki kemampuan rata-rata tentu saja jangan berharap bisa cepat menyerap pelajaran dibandingkan dengan temannya yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Biasanya ia harus berusaha lebih keras.
Kemampuan juga harus didukung oleh minat. Karakter jurusan di perguruan tinggi juga berkaitan dengan karakter siswa. Ada orang yang memiliki tingkat sosialisasi tinggi, berminat dengan hubungan antar manusia. Terlebih lagi ia suka membaca, mengikuti perkembangan informasi dan kejadian sehari-hari, tertarik pada masalah-masalah sosial, dan senang bicara. Orang demikian lebih baik mengambil jurusan yang banyak berhubungan dengan manusia, misalnya FISIP atau psikologi.
Sedangkan siswa jurusan IPA yang senang membantu orang lain dengan berinteraksi langsung, bisa mengambil jurusan kedokteran. Namun bila ia lebih berminat pada benda mati, kurang suka banyak berhubungan dengan orang lain, apalagi gemar mengotak-atik sesuatu, dia cocok masuk jurusan eksakta bagian MIPA yang punya karakter sangat khas dan menuntut daya nalar tinggi.
Di lain pihak, tak sedikit orang yang merasa memiliki minat sangat luas, sehingga seakan-akan bisa masuk jurusan apapun. Yang demikian ini perlu melakukan penelaahan kembali, berdasarkan kemampuan intelektualnya,. Bila bilai fisikanya cukup baik, tapi nilai sosialnya lebih baik serta ia sendiri suka bergaul, maka perbandingan itu sudah cukup jadi patokan, pilihlah bidang sosial. Kalaupun ia masih belum merasa sreg, lebih baik ia menjalani psikotes.

Psikotes bagi yang bingung
Psikotes akan sangat membantu mereka yang bingung mempertemukan antara minat dan prestasi belajar. Kita tidak bisa mengukur kemampuan dasar dan penguasaan terhadap tugas-tugas pendidikan. Kemudian dari hasil tes yang didapat akan tampak kemampuan dasar untuk kemudian dilihat apakah minatnya cukup mendukung untuk masuk ke sana atau tidak.
Dalam tes menentukan jurusan, sebelum menjalani tes, peserta akan ditanya apa yang disukai, apa yang tidak. Kemudian ia akan menjalani tes dengan sejumlah alat. Berdasarkan penghitungan data-data yang ada, ditentukan tiga kecenderungan terkuat pilihan jurusan untuknya. Selanjutnya dilakukanlah pencocokan antara minatnya dengan hasil tes.
Hasil tes biasanya mencakup tiga faktor yaitu intelektual, minat, dan kepribadian atau EQ
Intelektual bisa diperinci lagi menjadi: kemampuan untuk melihat seberapa besar keberhasilannya kalau potensinya maksimal digunakan, kemampuan pemahaman bahasa untuk bisa menemukan inti permasalahan, kemampuan dalam mengaitkan satu topik dengan masalah lain, dan kemampuan panalaran angka untuk melihat logika berpikir.
Selain itu kadang dinilai juga kemampuan kreatifnya, sebab ada jurusan yang membutuhkan kemampuan itu, misalnya, arsitektur atau jurusan yang berbau seni atau sastra.
Ada tiga macam tes dalam Wajib Belajar, yaitu bagi siswa SMP kelas tiga, SMA kelas dua, dan SMA kelas tiga. Yang pertama untuk membantu apakah siswa SMP itu lebih tepat masuk ke SMA atau sekolah kejuruan. Khusus mereka yang memiliki intelektual di bwah rata-rata biasanya akan lebih berhasil pada tugas-tugas konkret dan praktis yang lebih banyak diperoleh di sekolah kejuruan.
Yang kedua ditunjukkan untuk memudahkan saat penjurusan kelas tiga SMA, apakah masuk kelas IPA, IPS, atau Bahasa. Jenis terakhir untuk membantu siswa kelas tiga SMA memilih masuk program.
Tes untuk memilih jurusan memang paling tepat dilakukan saat kelas dua dan tiga SMA. Karena setelah dua tahun di SMA, mereka sudah bisa melihat lebih jauh kemampuan mereka dan biasanya minat mereka mulai stabil. Ambil contoh, anak-anak pada usia muda kan sering berganti cita-cita. Hari ini ingin jadi dokter, besok jadi pilot, besok lagi pingin jadi jenderal.
Yang tak kalah pentingnya adalah dukungan keluarga, terutama orang tua. Maka dianjurkan untuk menghindari ketidaksepahaman antara orang tua dan anak. Kembalikan saja kepada anak berdasarkan kemampuan yang ada padanya. Jangan sampai orang tua memaksakan kehendak, sementara sang anak tidak cukup punya kemampuan maupun minat. Jangan-jangan nanti malah berakibat negatif, alias prestasi sekolahnya tidak bagus.
Amatilah apakah sang anak cukup cerdas untuk maju dalam persaingan yang ketat atau kemampuannya biasa-biasa saja. Kalau ternyata prestasinya sedang-sedang, meski semasa SMA berasal dari jurusan IPA, jangan ragu untuk menganjurkannya masuk ke bagian ilmu sosial.
Menurutnya, penjurusan di SMA pun bisa salah, terutama kalau prestasi belajarnya tidak optimal, sehingga guru memberikan nilai sulapan atau dongkrakan. Kasus lain terjadi pada siswa yang malas belajar sehingga prestasinya tidak mencerminkan kemampuan. Akibatnya guru salah menjuruskan. Ia pun masuk ke IPS atau Bahasa, padahal ia tidak suka hafalan, sementara untuk mata pelajaran IPA nilai-nilainya buruk karena ia malas belajar. Bila demikian, anak ini perlu ditelaah ulang untuk menggali lebih dalam potensi yang sebenarnya. Seringkali siswa yang demikian punya masalah motivasi. Penyebabya bisa bermacam-macam mungkin kurangnya dukungan keluarga, atau kurang lengkapnya sarana belajar di sekolah. Maka ia perlu mendapat bantuan untuk membangkitkan motivasi belajar.
Sebenarnya apapun jurusan yang kita pilih bukan menjadi masalah asalkan memang cocok bagi kita semua. Tapi masalahnya Apakah kita tahu yang cocok bagi diri kita? Dalam menentukan sesuatu kita jangan memaksakan ego kita menguasai segalanya, tanyakan dan konsultasikan pada guru, wali kelas, BK, dan orang tua. Tapi justru yang paling penting adalah tanyakanlah pada hati nurani kita sendiri. Jurusan apa yang paling cocok dan sesuai dengan diri kita, kesenangan kita, bakat kita, sehingga kita bisa enjoy di dalamnya. Janganlah memilih jurusan hanya karena ikut-ikutan teman apalagi jika hanya karena gengsi, karena takut dipandang bodoh lalu ngotot ingin masuk ke IPA.
Dalam kehidupan sehari-hari IPA, IPS dan Bahasa selalu hidup berdampingan dengan harmonis (Kaya apa aja).Guru IPS saya pernah bercerita bahwa sekitar tahun 80-an pemerintah akan membangun waduk di Madura maka didtangkanlah engineer dari ITB, ITS, UI, dsb.Tetapi karena para engineer tersbut tidak memiliki kemampuan sosial yang baik maka pada saat mereka akan membangun waduk tersebut ratusan warga Madura yang tanahnya terpakai datang dan membawa clurit untuk mencincang mereka, gagallah proyek tersebut. Dari peristiwa tersebut para ahli mulai sadar betapa pentingnya ilmu sosiologi dalam menghadapi masyarakat.
Jadi apapun jurusan yang kita pilih itu bagus tergantung dari bagaimana kita memanfaatkan dan mengkondisikan diri di jurusan tersebut, percuma masuk IPA tapi selalu mendapat nilai jelek dan hampir tidak naik kelas. Nilai bagus yang kita peroleh dapat dipastikan karena berkat bantuan teman, nyontek atau bahkan karena ‘katrolan’ dari guru (mungkin karena kasihan atau sudah kesel meremidi) dan lebih kasihan lagi setelah keluar dari SMA akan melanjutkan kuliah ternyata tidak berani mengambil jurusan yang seharusnya untuk anak IPA. Lari mereka ke jurusan ekonomi, hukum, bahasa dan sebagainya, yang kesemuanya itu seharusnya untuk anak IPS dan Bahasa. Demikian pula sebaliknya untuk anak-anak IPS dan Bahasa seharusnyalah mereka benar-benar menjiwai jurusannya jangan sampai jurusan untuk anak IPS atau Bahasa diambil/diserobot oleh anak IPA karena memang kalah dalam persaingan tes mereka.
Jadi sekali lagi ingatlah, bahwa kita semua sebenarnya mempunyai bakat yang berbeda-beda. Sadarilah dan galilah itu. Tidak usah minder atau merasa lebih tinggi dari jurusan yang lain. Alangkah bahagianya, alangkah enjoynya apabila kita bisa berada di kelas atau di jurusan yang sesuai dengan jiwa kita, kemampuan kita tanpa ada rasa tertekan atau ketakutan dengan mata-mata pelajaran tertentu.
Sekian selamat merenung dan pastikan jurusan Anda.

dENANYAR9D
BY : ozak
- Ibu Aniek -

HUMOR

HUMOR

WAWANCARA DENGAN PENGEMIS


Seorang mahasiswa baru terlihat lagi asyik ngobrol dengan seorang pengemis dis ebuah halte bus di kampus Universitas Indonesia...

Mahasiswa : “Udah lama ngemis di sini, Pak...?”
Pengemis : “Kurang lebih udah 8 tahun, dik!”
Mahasiswa : “Lama juga ya, Pak...Sehari biasanya dapat uang berapa, Pak?”
Pengemis : “Lumayanlah, untuk keluarga...”
Mahasiswa : “Ngomong-ngomong, keluarga bapak ada di mana?”
Pengemis : “Anak saya semuanya ada 3, yang pertama di UGM Jogja, yang kedua ada di ITB Bandung dan yang ketiga di IPB Bogor...”
Mahasiswa : “Waaahhh...hebat banget tuh...eh, semua anak bapak itu baru masuk kuliah seperti saya atau sudah ada yang diwisuda?”
Pengemis : “Ooohh...nggak...semuanya ngemis seperti saya...”
Mahasiswa : “???!!!???”

ABOUT “KEN”


Mrs. Margaret, guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan Sejarah yang terkenal killer, mengajukan pertanyaan pada murid-muridnya :
Mrs. Margaret : “Bejo, can you explain about Ken Arok?”
Bejo : “Yes, Mom. Ken Arok mempunyai istri KEN Dedes. Hobinya KEN-tut, punya bodyguard namanya KEN-tung,s etelah menikah Ken Arok dan Ken Dedes berbulan madu di KEN-jeran, membawa bekal KEN-tang dan beras KEN-cur. Alat musik yang disukai adalah KEN-tongan.”
Mrs. Margaret : “Very good, Bejo...? Dhungaren anda smart today”
Bejo : “Wah, memang ‘bejo’ teman aku iki.”

MENURUT PESANAN

Seorang Bupati yang pelit memesan lukisan dirinya pada seorang pelukis:
“Berapa ongkos membuat lukisan potret saya ini?”
“Dua Ratus Ribu Pak”, jawab si pelukis.
“Nah, tolong bikibkan separo badan saja, dan dipotong pajak pendapatan sepuluh persen, jadi terimalah ini seratus ribu!”
Berapa hari kemudian ketika pelukis tadi menyerahkan lukisannya, pak Bupati marah-marah, “Kenapa yang kau antarkan hanya gambar kaki saja, bukan lukisan diriku?”
“Bukankah bapak pesannya separo badan?”
“Coba liat dulu, lukisannya khan betul SEPARO BADAN, ya khan...”
Sembari melihat lukisan dirinya, pak Bupati hanya geleng-geleng kepala saja.
Template Design by SkinCorner